Esai ku :)

Selasa, 20 November 2012


Tri Hita Karana , Konsep yang Serasi dalam Upaya Pelestarian Lingkungan di Era Globalisasi

            Beberapa bulan terakhir ini kita telah ‘terbiasakan’ dengan fenomena alam maupun bencana alam yang menimpa bumi Indonesia kita. Karena bencana alam seperti banjir, tanah longsor, kebakaran hutan dan masih banyak lagi bencana lainnya sering kita jumpai di media cetak maupun media elektronik belakangan ini. Sungguh ironis , hampir setiap musim hujan, ada saja tanah yang longsor ataupun banjir yang melanda beberapa daerah di negeri ini. Rasa iba tentu saja menyelimuti kita, bagaimana tidak ? Memikirkan betapa menderitanya mereka yang dirugikan atas bencana-bencana alam tersebut.

            Seperti halnya hukum karma phala, suatu sebab tentu ada akibat yang ditimbulkan. Jika kita melihat dan mengamati lingkungan sekitar kita, kenyataannya memang sangat kritis dan mengkhawatirkan. Hampir sebagian wilayah di beberapa daerah telah kehilangan ‘surganya’ dan digantikan dengan bangunan-bangunan yang menjulang ke langit dan mengeluarkan asap hitam pekat yang mengandung berbagai racun. Bukan hanya kita yang tercemari, hewan, tanaman dan air juga bisa tercemari. Disinilah peran pelestarian alam itu dibutuhkan demi menjaga keseimbangan alam di bumi.
            Berbicara mengenai pelestarian , pasti kita terarah kepada usaha yang selama ini dilakukan dalam upaya pelestarian lingkungan. Upaya yang selama ini dilakukan hasilnya ‘nothing’. Penebangan hutan liar masih terjadi di beberapa daerah dengan bukti penyeludupan kayu ilegal yang terjadi beberapa bulan lalu. Kalau diambil dari contoh yang ada disekitar kita, coba lihat Hutan Manggrove yang kita miliki di kawasan Mangapura, Badung, Bali. Hutan tersebut kini akan dibanguni jalan layang. Tidakkah hutan itu bisa rusak ? Begitu pula dengan banjir yang masih saja melanda jantung negara kita , yaitu Jakarta. Bukan hanya Jakarta, beberapa daerah lain seperti Padang, terlilit isu mengenai rusaknya kualitas air di daerah tersebut. Saya sangat sedih mendengar berita-berita tersebut. Hal itu sudah membuktikan semakin kritisnya keadaan dan semakin ‘menjangkitnya’ kerusakan lingkungan. Seakan upaya-upaya tersebut tidak ada dampak positifnya. Walaupun ada , tetapi tidak sangat berpengaruh terhadap kelestarian alam di negeri ini.
            Kerusakan alam terjadi karena faktor alami dan faktor manusia. Dimana faktor alami disebabkan oleh banjir bandang , tanah longsor, kebakaran hutan dll. Sedangkan faktor manusia yaitu terjadinya penebangan liar dan pembukaan lahan dengan cara penggundulan hutan. Jika diamati , semua ini ada kaitannya. Tidak sedikit faktor alami kerusakan alam terjadi karena campur tangan manusia yang memanfaatkan sumber daya alam secara semena-mena. Padahal, perbuatan tersebut termasuk dalam perbuatan Adharma (tidak baik) karena menyakiti sesama makhluk hidup. Hal ini juga dapat kita lihat dari sudut pandang keagamaan. Semua agama mengajarkan umatnya agar tidak menyakiti sesama makhluk ciptaan Tuhan. Tetapi apa kenyataannya ? Kejadian ini mencerminkan ajaran-ajaran Dharma itu tidak digubris oleh beberapa umatnya, dan malah melanggar semua aturan ajaran agama tersebut.
            Jika diamati, semua ini tentu ada kaitannya, mengenai Agama dan lingkungan. Karena menurut saya, semua perilaku pengerusakan alam tak akan terjadi jika penerapan Agama mengenai cinta sesama makhluk ciptaan Tuhan dilaksanakan dengan baik dan ditanamkan sejak kecil. Hal ini bukan hal yang sepele, ketika pengertian mengenai cinta sesama makhluk hidup itu ditanamkan, akan tumbuh rasa kasih dan peduli terhadap lingkungan sekitar. Menjaga kelestarian serta mencegah kerusakan alam tersebut. Sebenarnya perlu sebuah tuntunan menuju keseimbangan hidup yang di sebut dengan Tri Hita Karana. Ajaran ini sangat terkenal di Indonesia, khususnya bagi para umat Hindu. Konsep yang disuguhkan sangat ideal yaitu konsep yang dapat melestarikan keaneka ragaman budaya dan lingkungan di tengah hantaman globalisasi dan homogenisasi. 
            Pada dasarnya hakikat ajaran Tri Hita Karana menekankan tiga hubungan manusia dalam kehidupan di dunia ini. Ketiga hubungan itu meliputi hubungan dengan sesama manusia (Pawongan), hubungan dengan alam sekeliling (Palemahan), dan hubungan dengan ke Tuhanan (Prahyangan) yang saling terkait satu sama lain.
            Jika dilihat dari sudut pandang pelestarian lingkungan,semua konsep tersebut sangat sesuai. Disini akan saya uraikan pendapat saya mengenai hubungan konsep-konsep Tri Hita Karana dengan pelestarian lingkungan :
·        Hubungan harmonis terhadap sesama manusia ( Pawongan) diperlukan dalam bersosialisasi, karena ketika kita berhasil dalam bersosialisasi, yang tercipta adalah kerukunan dan saling membantu satu sama lain. Sehingga lingkungan tak akan menjadi pelampiasan ketika seseorang bingung mencari bantuan (biasanya dalam bidang ekonomi). Selain itu, untuk mewujudkan kelestarian lingkungan, perlu adanya kerjasama antar warga agar tercapainya keharmonisan hidup.
·        Konsep selanjutnya yaitu hubungan dengan lingkungan dan sekitar (Palemahan). Konsep ini yang paling berkaitan dengan pelestarian lingkungan karena kita sebagai manusia dituntun oleh-Nya agar dapat menjaga keharmonisan sehingga tercapai kesejahteraan. Salah satu jalan dari menjaga keharmonisan tersebut adalah pelestarian. Melestarikan lingkungan yang selama ini menjadi sumber kehidupan semua makhluk di bumi. Bukan hanya tanaman, begitu pula dengan hewan. Manusia , hewan dan tumbuhan saling membutuhkan demi berlangsungnya hidup ini. Lingkungan menyuguhkan kekayaan alamnya untuk membantu manusia, dan manusia pun dituntut agar mampu menjaga kekayaan tersebut dengan memanfaatkan sebaik mungkin serta melestarikannya. Sehingga lingkungan tetap dapat menghidupi kita dan terciptalah kesejahteraan hidup yang diinginkan.
·        Konsep yang terakhir adalah hubungan dengan Sang Pencipta, Tuhan Yang Maha Esa (Prahyangan). Konsep ini adalah kunci dari konsep-konsep diatas, karena jika terjalinnya hubungan harmonis dengan Tuhan, maka berjalan dengan lancarlah kedua konsep tersebut. Mengabdikan diri, menyerahkan diri untuk hanya memuja-Nya, dan mentaati serta menjauhi larangannya sangat berpengaruh pada diri kita sendiri. Ketika diri kita terfokus kepada Tuhan, rajin bersembahyang, maka diri kita akan merasa tenang. Ketenangan yang tercipta karena hubungan yang harmonis dengan-Nya, akan memberi rasa kasih sayang dengan sesama manusia dan lingkungan.

            Seperti yang saya ungkapkan tadi, sebuah perbuatan pasti ada sebab-akibatnya. Hal ini juga menyangkut dalam ajaran agama Hindu, yaitu Karma Phala. Disini, Tri Hita Karana dan Karma Phala juga ada kaitannya. Apa yang kita perbuat terhadap sesama manusia, terhadap lingkungan maupun terhadap Tuhan, pasti ada imbalannya. Entah imbalan tersebut baik atau buruk, kitalah yang menentukan. Seperti halnya yang kita lakukan terhadap lingkungan. Jika kita merusak lingkungan dengan tangan-tangan jahil  yang tak bertanggung jawab, maka alam pun akan murka dan memusuhi kita. Jangan salahkan jika banyak musibah yang terjadi kalau kita tetap saja menyakiti lingkungan. Tetapi, berbeda halnya yang kita terima, jika kita dapat menjaga dan melestarikan lingkungan ini dengan baik serta menjaga lingkungan dari kerusakan yang disebabkan oleh prbuatan jahil manusia sendiri.
            Akhirnya dapat saya simpulkan, bahwa Tri Hita Karana dan pelestarian lingkungan sangat erat hubungannya. Tri Hita Karana yang memiliki tiga konsep dalam menuju keharmonisan hidup, sangat serasi jika diterapkan untuk menyadarkan umat manusia yang ber’agama’ agar ikut serta dalam menjaga lingkungan yang menjadi sumber kekayaan kita di bumi ini. Selain itu, manusia dituntut agar mengingat hukum Karma Phala yang sangat berkaitan dengan Tri Hita Karana, yaitu apa yang telah kita perbuat untuk lingkungan, untuk sesama manusia dan untuk Tuhan, akan kita terima hasil dari perbuatan tersebut. Agar mendapat hasil yang baik, maka berbuatlah baik terhadap lingkungan. Jadi lingkungan tak akan memusuhi kita dan memberi banyak musibah di hidup kita. Dengan menerapkan falsafah tersebut diharapkan dapat menggantikan pandangan hidup modern yang lebih mengedepankan individualisme dan materialisme. Membudayakan Tri Hita Karana akan dapat menghapus kesengsaraan dan melahirkan kesejahteraan.

By : Kade Yasinta Paramitha Utami

0 komentar: