Tri
Hita Karana , Konsep yang Serasi dalam Upaya Pelestarian Lingkungan di Era
Globalisasi
Beberapa bulan terakhir ini kita
telah ‘terbiasakan’ dengan fenomena alam maupun bencana alam yang menimpa bumi
Indonesia kita. Karena bencana alam seperti banjir, tanah longsor, kebakaran
hutan dan masih banyak lagi bencana lainnya sering kita jumpai di media cetak
maupun media elektronik belakangan ini. Sungguh ironis , hampir setiap musim
hujan, ada saja tanah yang longsor ataupun banjir yang melanda beberapa daerah
di negeri ini. Rasa iba tentu saja menyelimuti kita, bagaimana tidak ?
Memikirkan betapa menderitanya mereka yang dirugikan atas bencana-bencana alam
tersebut.
Seperti halnya hukum karma phala,
suatu sebab tentu ada akibat yang ditimbulkan. Jika kita melihat dan mengamati
lingkungan sekitar kita, kenyataannya memang sangat kritis dan mengkhawatirkan.
Hampir sebagian wilayah di beberapa daerah telah kehilangan ‘surganya’ dan
digantikan dengan bangunan-bangunan yang menjulang ke langit dan mengeluarkan
asap hitam pekat yang mengandung berbagai racun. Bukan hanya kita yang tercemari,
hewan, tanaman dan air juga bisa tercemari. Disinilah peran pelestarian alam
itu dibutuhkan demi menjaga keseimbangan alam di bumi.
Berbicara mengenai pelestarian ,
pasti kita terarah kepada usaha yang selama ini dilakukan dalam upaya
pelestarian lingkungan. Upaya yang selama ini dilakukan hasilnya ‘nothing’. Penebangan
hutan liar masih terjadi di beberapa daerah dengan bukti penyeludupan kayu
ilegal yang terjadi beberapa bulan lalu. Kalau diambil dari contoh yang ada
disekitar kita, coba lihat Hutan Manggrove yang kita miliki di kawasan
Mangapura, Badung, Bali. Hutan tersebut kini akan dibanguni jalan layang.
Tidakkah hutan itu bisa rusak ? Begitu pula dengan banjir yang masih saja
melanda jantung negara kita , yaitu Jakarta. Bukan hanya Jakarta, beberapa
daerah lain seperti Padang, terlilit isu mengenai rusaknya kualitas air di
daerah tersebut. Saya sangat sedih mendengar berita-berita tersebut. Hal itu sudah
membuktikan semakin kritisnya keadaan dan semakin ‘menjangkitnya’ kerusakan
lingkungan. Seakan upaya-upaya tersebut tidak ada dampak positifnya. Walaupun
ada , tetapi tidak sangat berpengaruh terhadap kelestarian alam di negeri ini.
Kerusakan alam terjadi karena faktor
alami dan faktor manusia. Dimana faktor alami disebabkan oleh banjir bandang ,
tanah longsor, kebakaran hutan dll. Sedangkan faktor manusia yaitu terjadinya
penebangan liar dan pembukaan lahan dengan cara penggundulan hutan. Jika diamati
, semua ini ada kaitannya. Tidak sedikit faktor alami kerusakan alam terjadi
karena campur tangan manusia yang memanfaatkan sumber daya alam secara
semena-mena. Padahal, perbuatan tersebut termasuk dalam perbuatan Adharma
(tidak baik) karena menyakiti sesama makhluk hidup. Hal ini juga dapat kita lihat
dari sudut pandang keagamaan. Semua agama mengajarkan umatnya agar tidak
menyakiti sesama makhluk ciptaan Tuhan. Tetapi apa kenyataannya ? Kejadian ini
mencerminkan ajaran-ajaran Dharma itu tidak digubris oleh beberapa umatnya, dan
malah melanggar semua aturan ajaran agama tersebut.
Jika diamati, semua ini tentu ada
kaitannya, mengenai Agama dan lingkungan. Karena menurut saya, semua perilaku
pengerusakan alam tak akan terjadi jika penerapan Agama mengenai cinta sesama
makhluk ciptaan Tuhan dilaksanakan dengan baik dan ditanamkan sejak kecil. Hal
ini bukan hal yang sepele, ketika pengertian mengenai cinta sesama makhluk
hidup itu ditanamkan, akan tumbuh rasa kasih dan peduli terhadap lingkungan
sekitar. Menjaga kelestarian serta mencegah kerusakan alam tersebut. Sebenarnya
perlu sebuah tuntunan menuju keseimbangan hidup yang di sebut dengan Tri Hita
Karana. Ajaran ini sangat terkenal di Indonesia, khususnya
bagi para umat Hindu. Konsep yang disuguhkan sangat ideal yaitu konsep
yang dapat melestarikan keaneka ragaman budaya dan lingkungan di tengah
hantaman globalisasi dan homogenisasi.
Pada dasarnya hakikat ajaran Tri
Hita Karana menekankan tiga hubungan manusia dalam kehidupan di dunia ini.
Ketiga hubungan itu meliputi hubungan dengan sesama manusia (Pawongan), hubungan
dengan alam sekeliling (Palemahan), dan hubungan dengan ke Tuhanan (Prahyangan)
yang saling terkait satu sama lain.
Jika dilihat dari sudut pandang
pelestarian lingkungan,semua konsep tersebut sangat sesuai. Disini akan saya
uraikan pendapat saya mengenai hubungan konsep-konsep Tri Hita Karana dengan
pelestarian lingkungan :
·
Hubungan harmonis terhadap sesama
manusia ( Pawongan) diperlukan dalam bersosialisasi, karena ketika kita
berhasil dalam bersosialisasi, yang tercipta adalah kerukunan dan saling
membantu satu sama lain. Sehingga lingkungan tak akan menjadi pelampiasan ketika
seseorang bingung mencari bantuan (biasanya dalam bidang ekonomi). Selain itu,
untuk mewujudkan kelestarian lingkungan, perlu adanya kerjasama antar warga
agar tercapainya keharmonisan hidup.
·
Konsep selanjutnya yaitu hubungan dengan
lingkungan dan sekitar (Palemahan). Konsep ini yang paling berkaitan dengan
pelestarian lingkungan karena kita sebagai manusia dituntun oleh-Nya agar dapat
menjaga keharmonisan sehingga tercapai kesejahteraan. Salah satu jalan dari
menjaga keharmonisan tersebut adalah pelestarian.
Melestarikan lingkungan yang selama ini menjadi sumber kehidupan semua
makhluk di bumi. Bukan hanya tanaman, begitu pula dengan hewan. Manusia , hewan
dan tumbuhan saling membutuhkan demi berlangsungnya hidup ini. Lingkungan
menyuguhkan kekayaan alamnya untuk membantu manusia, dan manusia pun dituntut
agar mampu menjaga kekayaan tersebut dengan memanfaatkan sebaik mungkin serta
melestarikannya. Sehingga lingkungan tetap dapat menghidupi kita dan
terciptalah kesejahteraan hidup yang diinginkan.
·
Konsep yang terakhir adalah hubungan
dengan Sang Pencipta, Tuhan Yang Maha Esa (Prahyangan). Konsep ini adalah kunci
dari konsep-konsep diatas, karena jika terjalinnya hubungan harmonis dengan
Tuhan, maka berjalan dengan lancarlah kedua konsep tersebut. Mengabdikan diri,
menyerahkan diri untuk hanya memuja-Nya, dan mentaati serta menjauhi
larangannya sangat berpengaruh pada diri kita sendiri. Ketika diri kita
terfokus kepada Tuhan, rajin bersembahyang, maka diri kita akan merasa tenang.
Ketenangan yang tercipta karena hubungan yang harmonis dengan-Nya, akan memberi
rasa kasih sayang dengan sesama manusia dan lingkungan.
Seperti yang saya ungkapkan tadi, sebuah perbuatan pasti
ada sebab-akibatnya. Hal ini juga menyangkut dalam ajaran agama Hindu, yaitu Karma
Phala. Disini, Tri Hita Karana dan Karma Phala juga ada kaitannya. Apa yang
kita perbuat terhadap sesama manusia, terhadap lingkungan maupun terhadap
Tuhan, pasti ada imbalannya. Entah imbalan tersebut baik atau buruk, kitalah
yang menentukan. Seperti halnya yang kita lakukan terhadap lingkungan. Jika
kita merusak lingkungan dengan tangan-tangan jahil yang tak bertanggung jawab, maka alam pun
akan murka dan memusuhi kita. Jangan salahkan jika banyak musibah yang terjadi
kalau kita tetap saja menyakiti lingkungan. Tetapi, berbeda halnya yang kita
terima, jika kita dapat menjaga dan melestarikan lingkungan ini dengan baik
serta menjaga lingkungan dari kerusakan yang disebabkan oleh prbuatan jahil
manusia sendiri.
Akhirnya dapat saya simpulkan, bahwa
Tri Hita Karana dan pelestarian lingkungan sangat erat hubungannya. Tri Hita
Karana yang memiliki tiga konsep dalam menuju keharmonisan hidup, sangat serasi
jika diterapkan untuk menyadarkan umat manusia yang ber’agama’ agar ikut serta
dalam menjaga lingkungan yang menjadi sumber kekayaan kita di bumi ini. Selain
itu, manusia dituntut agar mengingat hukum Karma Phala yang sangat berkaitan
dengan Tri Hita Karana, yaitu apa yang telah kita perbuat untuk lingkungan,
untuk sesama manusia dan untuk Tuhan, akan kita terima hasil dari perbuatan
tersebut. Agar mendapat hasil yang baik, maka berbuatlah baik terhadap
lingkungan. Jadi lingkungan tak akan memusuhi kita dan memberi banyak musibah
di hidup kita. Dengan menerapkan falsafah tersebut diharapkan dapat menggantikan
pandangan hidup modern yang lebih mengedepankan individualisme dan
materialisme. Membudayakan Tri Hita Karana akan dapat menghapus kesengsaraan
dan melahirkan kesejahteraan.
0 komentar:
Posting Komentar